Sabtu, 22 Februari 2014

Dampak Perang Ideologi Terhadap Umat Islam

Sebenarnya perang ideologi atau ghozwul fikri sudah ada sejak jaman dahulu. Saat ini perang Ideologi menjadi langkah awal penguasaan sebuah negeri sebelum jenis jenis perang yang lain.

Perang Ideologi atau Ghozwul Fikri mempunyai dampak kerusakan mental yang kadang kadang tidak disadari. Dampak dampak Perang Ideologi bagi umat Islam ini antara lain:
1. Melemahkan dan membunuh spirit perjuangan umat.
2. Memutuskan hubungan dan menghancurkan kepercayaan antar sesama umat Islam
3. Memporak porandakan barisan dan mengguncangkan bangunan kesatuan umat.
4. Menghancurkan kepercayaan dan ketaatan umat dengan pemimpinnya.
5. Menumbuhkan frustasi , patah semangat serta menghilangkan optimisme perjuangan.

Sebagian dari dampak perang ideologi mungkin dapat kita lihat disekitar kita. Atau ada pada diri kita?


Posted via Blogaway

Selasa, 18 Februari 2014

CINTA TAPI BEDA AKIDAH

Aduh, tema beginian bisa mancing orang untuk penasaran. Bisa juga mancing amarah orang yang nggak suka diusik hawa nafsunya (maklum, pengen beda katanya—jadi malah milih yang beda agama sebagai pacarnya). Tetapi, bisa juga tema ini menjadi bahan untuk dakwah. Yup, kalo gitu emang tergantung persepsi juga ya. Betul banget. Cara seseorang memandang suatu masalah juga berbeda-beda. Itu bisa terjadi karena beda pengetahuan, beda latar belakang sosial, beda latar belakang pendidikan dan juga latar belakang pemahaman agamanya.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Tema ini diangkat karena banyak kasus kaum muslimah—khususnya yang memang tergoda bujuk rayu pemuda nonmuslim atas dasar yang mereka sebut cinta, padahal sejatinya nafsu belaka. Kalo ngomongin soal ini, jadi inget kusutnya hubungan Asmirandah ama Jonas. Simpang siur beritanya, meski pada akhirnya mengarah pada satu fakta bahwa Asmirandah tergoda ama Jonas sehingga menjalin hubungan asmara. Bagi para orang tua ini jelas harus diwaspadai. Kasus serupa ini sebenarnya cukup banyak di kalangan masyarakat biasa.

Mengaku atas dasar cinta, akhirnya mereka berani untuk mencampakkan aturan agama. Nasihat orang tua tak didengar, apalagi nasihat dari orang lain. Ini jelas membahayakan. Saya pernah menyaksikan sendiri ada seseorang yang saya kenal menikahkan anaknya yang perempuan dengan seorang pemuda Kristen. Pihak keluarga orang tersebut tentu saja mempertanyakan keputusan kontroversial itu. Namun, kabarnya si cowok bersedia masuk Islam sebelum menikah. Singkat kata, dilangsungkanlah pernikahan. Bahkan saya diundang dan ikut menghadiri pernikahan tersebut.

Setelah beberapa bulan tak bertemu, saya mendapatkan kabar bahwa pernikahan tersebut akhirnya bubar. Pasalnya, kenalan saya itu marah besar karena ternyata menantunya itu ingkar janji. Setelah nikah malah nggak mau shalat, ngajak istrinya untuk pindah agama segala. Waduh. Setelah mendengar kabar itu saya tak pernah bertemu lagi. Entah apa yang kini terjadi. Cukuplah itu menjadi pelajaran yang tak boleh berulang.

Pacaran sebagai modusnya

Suatu hari, redaksi gaulislam menerima SMS dari pembaca yang bertanya tentang bolehkah pacaran beda agama? Tentu saja kami, kru gaulislam menjawabnya bahwa pacaran sesama muslim saja dilarang, apalagi dengan yang beda agama. Pacaran itu aktivitas maksiat. Hubungan gelap tanpa ikatan pernikahan. Jelas, itu melanggar syariat. Nah, apalagi kemudian berisiko jika melakukan pacarannya dengan nonmuslim. Para pelakunya menyangka bahwa itu hanya persoalan cinta. Wedew, cinta jadi di atas segalanya. Bahkan mengalahkan syariat. Sobat, itu bukan cinta, tetapi hawa nafsu buruk karena sudah terjerat bujuk rayu setan. Naudzubillah.

Sobat gaulislam, pacaran memang sangat mudah dijadikan modus untuk menjauhkan remaja muslim dari akidah dan syariat Islam. Mereka dicekoki bahwa cinta di atas segalanya. Orang yang sedang jatuh cinta dikompori dan digelapkan matanya agar yang ada di pikirannya adalah kebahagiaan dan kesenangan semata. Sehingga ketika ada orang yang mengusik atau memberi nasihat agar kembali ke jalan yang benar dianggapnya sebagai bentuk turut campur urusan orang lain.

Mengapa pacaran yang dijadikan modus paling gampang untuk menjauhkan remaja muslim? Begini. Masa remaja itu kan masa puber, ditandai dengan menyukai lawan jenis. Tumbuh perasaan suka dan senang jika bertemu atau berkomunikasi dengan lawan jenis. Ketika sarana untuk bertemu dan berkomunikasi tersedia, maka bukan tak mungkin mereka akan memanfaatkannya dan menjalin kisah asmara. Jika sudah kecanduan pengen berinteraksi dengan lawan jenis, yakni melalui aktivitas pacaran, maka segala cara dilakukan. Apalagi kini ada jejaring sosial semacam Facebook dan Twitter, maka tambah gampang untuk menjalin hubungan. Bahkan di situs jejaring buatan Mark Zuckerberg ini status seseorang yang berhubungan dengan lawan jenisnya bisa dipublis (jika yang punya akun menginginkannya). Akibatnya, tentu teman-teman dari kedua belah pihak jadi mengetahui hubungan mereka.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Membahas tema cinta dan pergaulan remaja sudah menjadi salah satu ciri gaulislam, maka jika kamu masih penasaran bagaimana penjelasan detil tentang dilarangnya pacaran dalam Islam, silakan bisa searching artikel-artikelnya di website gaulislam.com (kunjungi dan temukan jawabannya!). Tetapi intinya, bagi seorang muslim pacaran itu haram hukumnya. Catet ya!

Beda akidah, beda tujuan akhir

Allah Ta’ala berfirman tentang larangan menikahi orang-orang musyrik, “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS al-Baqarah [2]: 221)

Tuh, ini perlu kamu ketahui lho. Awalnya sih pacaran, tetapi setelah kamu lengket dengannya, malah diajak nikah. Apalagi bagi para remaja muslimah yang dipacari cowok nonmuslim, terus karena pacarannya kebablasan berbuah kehamilan, udah gitu kan pilihannya makin sulit dan malah mau saja dinikahi oleh cowok beda akidahnya itu. Musibah besar, Bro en Sis!

Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka. Jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman, maka janganlah kamu kembalikan mereka (wanita mukmin) kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka (wanita mukmin) tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka.” (QS al-Mumtahanah [60]: 10)

Saya kutipkan dari website muslim.or.id tentang pendapat para ulama seputar penjelasan ayat ini. Menurut Imam al-Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Para ulama kaum muslimin telah sepakat tidak bolehnya pria musyrik (non muslim) menikahi (menyetubuhi) wanita muslimah apa pun alasannya. Karena hal ini sama saja merendahkan martabat Islam.” (Tafsir al-Qurthubi, Muhammad bin Ahmad al-Anshori al-Qurthubi, Mawqi’ Ya’sub, 3/72)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Ayat ini (surat al-Mumtahanah ayat 10) menunjukkan haramnya wanita muslimah menikah dengan laki-laki musyrik (non muslim)” (Tafsir al-Quran al-‘Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Qurthubah, 13/521)

Imam asy-Syaukani rahimahullah dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Ayat ini (surat al-Mumtahanah ayat 10) merupakan dalil bahwa wanita muslimah tidaklah halal bagi orang kafir (non muslim). Keislaman wanita tersebut mengharuskan ia untuk berpisah dari suaminya dan tidak hanya berpindah tempat (hijrah)” (Fathul Qodir, Muhammad bin ‘Ali asy-Syaukani, Mawqi’ at-Tafasir, 7/207)

Islam memuliakan kita

Ada nasihat dari Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu yang perlu kita renungkan. Menjelang wafatnya, beliau menasihati sahabat-sahabatnya, “Sesungguhnya kita telah diciptakan, kita ini awalnya tidak berarti apa-apa sampai akhirnya Allah memuliakan kita dengan Islam. Maka jika kita pergi untuk mencari kemuliaan pada selain-Nya, maka niscaya Allah akan menghinakan kita.”

Sobat muda muslim, Umar bin Khattab juga selalu merasa bimbang terhadap dirinya sendiri, “Apa yang hendak kau katakana pada Rabbmu besok di akhirat?” beliau senantiasa melantunkan syair untuk menasihati dirinya, “bukankah kamu adalah seorang yang rendah, lalu Allah mengangkatmu. Bukankah kamu dahulu adalah orang yang sesat, lalu Allah memberi petunjuk kepadamu. Bukankah kamu dahulu adalah orang yang hina, lalu Allah memuliakanmu. Lalu apa yang hendak kau lakukan kepada Rabbmu dihari esok (akhirat)?”

Subhanallah. Kita mulia dengan Islam. Jadi, heran aja kalo sampe ada kaum muslimin yang masih mencari kemuliaan selain Islam. Nggak bakalan ada. Yakinlah. Cuma Islam yang membuat kita mulia. Maka, buat apa cari cowok atau cewek nonmuslim untuk dijadikan pacar. Sudahlah pacarannya dilarang, eh malah pacaran sama orang selain Islam pula. Waduh, itu sih asli nyari penyakit. Hindari ya!

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Meski kamu berbusa-busa bilang bahwa apa yang kamu lakukan adalah atas dasar cinta walau harus menyukai lawan jenis yang nonmuslim. Bohong! Itu bukan cinta, tetapi gejala orang yang kena jebakan setan atas nama cinta. Itu sebenaranya hawa nafsu buruk, tetapi disulap jadi indah dan atas nama cinta. Setan emang pinter bikin jebakan agar kamu terjerumus dalam pergaulan yang nista.

Jadi, jangan nekat melanggar syariat ya. Sebaliknya, buanglah pacar pada tempatnya. Apalagi pacarmu nonmuslim. Amit-amit dah kalo kudu ngorbanin kekalnya akhirat dengan secuil kenikmatan sesaat bin fana duniawi. Rugi banget kalo ninggalin akidah dan syariat Islam, lalu mengejar kenikmatan semu di akidah lain.

So, mulai sekarang perbaiki imanmu, kuatkan takwamu, semangat beribadah, dan tetap beramal shalih. Mulai sekarang jauhi pacaran, apalagi pacaran dengan nonmuslim. Why? Itu bikin dosa dan membahayakan akidahmu [solihin | Twitter @osolihin]

Sumber: http://www.gaulislam.com/cinta-tapi-beda-akidah


Posted via Blogaway

Senin, 17 Februari 2014

Ikhlas

Ikhlas sebuah kata singkat namun menentukan diterimanya  amal kita amal kita atau tidak. Ikhlas  menjadi syarat diterimanya suatu ibadah.    Para banyak menjelaskan tentang niat.

Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya segala amal sesuatu tergantung niatnya"

Fudhail bin Iyad mengatakan: Meninggalkan amal karena manusia disebut riya dan beramal karena manusia adalah syirik.

Khuzaifah Al Mar'asyi mengatakan : ikhlas itu amal seorang hamba yang sama baik antata lahir dan bathin.


Posted via Blogaway

Rabu, 12 Februari 2014

Ke Masjid, Raih Apa yang Engkau Niatkan!

Ke Masjid, Raih Apa yang Engkau Niatkan!
Barangsiapa datang mengunjungi rumah Allah,ia akan memperolehnya. Barangsiapa mengunjunginya karena keduanya serta untuk menuntut ilmu maka ia akan mendapatkannya sesuai dengan niatnya

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:  مَنْ أَتَى الْمَسْجِدَ لِشَيْءٍ فَهُوَ حَظُّهُ-أبو داود
Artinya: “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabada,”Barangsiapa mendatangi masjid karena suatu maka itu adalah bagiannya”. (Riwayat Abu Dawud, dihasankan oleh Al Hafidz As Suyuthi)
Dalam hal ini Al Allamah Al Munawi menyatakan bahwa barangsiapa mendatangi masjid, maka ia memperoleh sesuai dengan apa yang niatkan. Barangsiapa datang ke masjid untuk memperoleh pahala maka ia mendapatkannya, barangsiapa datang untuk mengunjungi rumah Allah maka ia akan memperolehnya serta barangsiapa mengunjunginya karena keduanya serta untuk menuntut ilmu maka ia akan mendapatkannya sesuai dengan niatnya. Hal ini termasuk dalam sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,”…bagi setiap orang apa yang ia telah niatkan.” (Faidh Al Qadir, 6/22)


sumber: http://www.hidayatullah.com/read/2014/01/31/15803/ke-masjid-raih-apa-yang-engkau-niatkan.html

Warisan Terbaik....!!

Suatu hari Khalifah Harun Al Rasyid menjalani kebiasaan beliau untuk mengunjungi daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya. Kebiasaan ini beliau lakukan untuk memastikan bahwa setiap rakyatnya hidup dengan penuh ketentraman dan kecukupan.
Di sebuah desa yang dikunjungi, beliau menyaksikan sebuah pemandangan yang aneh, seorang kakek tua yang telah renta sedang sibuk menanam pohon zaitun. Sesaat kemudian baginda Khalifah menghampiri orang-tua tersebut seraya berkata, “ Wahai bapak tua, bagaimana mungkin bapak yang sudah tua menanam pohon zaitun, padahal ia adalah pohon yang sulit untuk tumbuh dan lambat untuk berbuah?” Orang-tua itupun menjawab, “Wahai baginda Khalifah, orang-orang sebelum kami dahulu telah menanam untuk kami nikmati dan kini kamipun menanam agar dapat dinikmati oleh orang-orang setelah kami kelak nantinya.”
Mendengar jawaban yang sangat bijaksana itu, Khalifah Harun Al Rasyid secara spontan berucap, Subhanallah Zih Anta (sungguh bijaksana kamu)” Padahal kebiasaan baginda Khalifah jika telah mengucapkan statement tersebut, secara otomatis memberikan hadiah bagi orang yang telah membuat Khalifah berkata demikian. Maka lewat tangan para hulubalang hadiah diberikan kepada orang-tua tersebut.
Sesaat setelah menerima hadiah itu, orang-tua tersebut mengucapkan terima kasih dan berkata, “Wahai baginda Khalifah, biasanya pohon zaitun baru berbuah setelah 5 tahun, namun pohon ini dapat berubah dalam sekejap.” Mendengar jawaban yang kedua yang tidak kalah indahnya dari yang pertama, Khalifah tersebut kembali secara spontan berucap, Allah Akbar Zih Anta.” Untuk kedua kalinya orang-tua tersebut kembali mendapatkan hadiah dari Khalifah lewat para hulubalang.

Kemudian berucap kembali, “Wahai baginda, pohon zaitun biasanya setahun berbuah satu kali, namun pohon zaitun saya ini dalam sekejap dapat berbuah 2 kali.” Jawaban ketiga orang tersebut kembali membuat baginda Khalifah takjub dan kembali mengucapkan, Masya Allah Zih Anta.” Untuk ketiga kali juga para hulubalang kembali memberikan hadiah dari kantong mereka. Setelah itu Khalifah berinisiatif untuk pergi dari orang-tua tersebut sebelum hadiah dalam kantong hulubalangnya habis semuanya.
Saya membayangkan betapa bahagianya orang-tua tersebut karena mempunyai nenek moyang mempunyai kepedulian untuk memberi warisan pohon zaitun kepada keturunannya. Sungguh beruntung pula anak-cucu orang tersebut karena bapak atau kakeknya telah menyiapkan warisan pohon zaitun bagi mereka. Nenek moyang orang-tua tersebut sebenarnya tidak saja mewariskan pohon zaitun, akan tetapi mereka juga telah mewariskan sebuah spirit atau nilai, yaitu spirit untuk memberi yang terbaik kepada anak cucunya. Tanpa spirit ini, maka orang-tua tersebut mungkin tidak mempunyai energi untuk menanam pohon zaitun bagi anak-cucunya.
Kita dapat mewariskan apa saja dari harta yang berupa rumah, tanah, mobil, saham, deposito, perusahaan, dan lain-lain. Namun pastikan dalam setiap hal yang kita wariskan terdapat nilai atau moral yang menyertainya. Tanpa nilai atau moral yang kita wariskan kepada anak-cucu, maka harta yang kita berikan justru akan menjadi fitnah bagi mereka di kemudian hari.
Telah banyak kisah tentang beberapa hartawan yang seusai harta diwariskan kepada anak-cucunya justru menjadi alasan sengketa di antara mereka. Akibatnya harta yang sebenarnya melimpah ruah tersebut tidak memberikan nilai manfaat bagi mereka. Kalaupun tidak terjadi sengketa harta tersebut dalam sekejap habis, karena salah urus atau tidak mempunyai kompetensi untuk mengurusnya.
Sebaliknya, mereka yang telah berhasil mewariskan harta dalam wujud pendidikan moral dan kompetensi bagi putra-putri mereka, harta tersebut dapat lebih berkembang dan lebih banyak memberi manfaat bagi masyarakat sekelilingnya.
Allah telah berfiman dalam surat An Nisa’: “Hendaklah khawatir di antara kamu, jika meninggalkan setelahnya sebuah generasi yang lemah, mereka takut kepada mereka. dan hendaklah mereka berkata dengan perkataan yang benar.”
Dalam kondisi tubuh yang semakin lemah, Khalifah Umar bin Abdul Azis sempat mengumpulkan seluruh anak dan isterinya. “Wahai anakku jika aku harus meninggalkan kalian sekarang, manakah di antara dua yang kalian pilih, meninggalkan kalian dalam kondisi kaya raya sedangkan bapak kalian akan disiksa oleh Allah pada hari kiamat kelak. atau meninggalkan kalian dalam kondisi miskin dan bapak kalian akan mendapatkan surga Allah pada hari kiamat kelak?”. Pertemuan itu diakhiri dengan kesepakatan untuk tidak menerima apapun warisan berupa harta dari orang-tua dan ketegasan dari mereka untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT.
By: Intisari ceramah Ust. Miftahul Jinan 

sumber: http://kangmustofa.blogspot.com/2013/04/warisan-terbaik_22.html