Kamis, 17 Maret 2016

Anak Kecil di Masjid dan Pesan Al Fatih



Pesan Sultan Muhammad Al Fatih (Penakluk Constantinople):

.... " Jika suatu saat masa kelak kamu TIDAK lagi mendengar bunyi bising dan gelak tertawa anak-anak riang di antara shaf-shaf Shalat di masjid-masjid, maka sesungguhnya takutlah kalian akan kejatuhan Generasi muda kalian di masa itu " ...

Saudara/i ku ...
Silahkan perhatikan Masjid di kawasan kalian, Sunyi atau masih ramaikah dengan celoteh dan canda khas anak-anak atau sudah terasing dari masjid dengan khusuk di depan TV Game dan Gadget.

Jangan Pernah larang anak-anak untuk pergi ke Masjid dengan alasan ribut dan mengganggu " Kekhusyuan" shalat.

Karena ketika hilang suara-suara kecil mereka yg khas di Masjid-masjid kita...

Itulah Tanda Keruntuhan dan Jatuhnya Generasi Mendatang..
#AyoBawaAnakKeMasjid



Posted via Blogaway


Kamis, 10 Maret 2016

Sodom - Gomorahnya Indonesia

Ada sekelumit kisah nyata yang pernah terjadi pada sebagian bangsa ini yang mungkin kita telah lupa. Dan sayangnya, peristiwa yang penuh dengan pelajaran ini sama sekali tidak disinggung-singgung sedikit pun di dalam buku pelajaran di sekolah. Kita dan anak-anak kita tidak pernah tahu jika ada suatu desa yang penduduknya nyaris sama dengan kaum Sodom-Gomorah, senang bermaksiat, yang oleh Allah swt dikubur seluruhnya dalam satu malam hingga tidak bersisa. Satu desa bersama seluruh penduduknya lenyap dalam satu malam tertutup puncak sebuah gunung yang berada agak jauh dari lokasi desa itu. Siapa yang mampu memindahkan puncak gunung itu ke suatu tempat untuk mengubur satu desa kecuali Allah Yang Maha Kuasa?

Inilah kisah tentang Dukuh Legetang, yang masuk dalam wilayah Banjarnegara, Jawa Tengah. Kejadiannya di tahun 1955.

Dukuh Legetang adalah sebuah dukuh makmur yang lokasinya tidak jauh dari dataran tinggi Dieng-Banjarnegara, sekira 2 kilometer di sebelah utaranya. Penduduknya cukup makmur dan kebanyakan para petani yang cukup sukses. Mereka bertani sayuran, kentang, wortel, kobis, dan sebagainya.

Berbagai kesuksesan duniawi yang berhubungan dengan pertanian menghiasi dukuh Legetang. Misalnya apabila di daerah lain tidak panen tetapi mereka panen berlimpah. Kualitas buah dan sayur yang dihasilkan juga lebih baik dari yang lain.

Namun bukannya mereka bersyukur, dengan segala kenikmatan ini mereka malah banyak melakukan kemaksiatan. Barangkali ini yang dinamakan “istidraj” atau disesatkan Allah dengan cara diberi rezeki yang banyak namun orang tersebut akhirnya makin tenggelam dalam kesesatan.

Masyarakat Dukuh Legetang umumnya ahli maksiat. Perjudian di dukuh ini merajalela, begitu pula minum-minuman keras. Tiap malam mereka mengadakan pentas Lengger, sebuah kesenian tradisional yang dibawakan oleh para penari perempuan, yang sering berujung kepada perzinaan. Ada juga anak yang malah melakukan kemaksiatan bersama ibunya sendiri. Beragam kemaksiatan lain sudah sedemikian parah di dukuh ini.

Pada suatu malam, 17 April 1955, turun hujan yang amat lebat di dukuh itu. Tapi masyarakat Dukuh Legetang masih saja tenggelam dalam kemaksiatan. Barulah pada tengah malam hujan reda. Tiba-tiba terdengar suara keras seperti sebuah bom besar dijatuhkan di sana, atau seperti suara benda yang teramat berat jatuh. Suara itu terdengar sampai ke desa-desa tetangganya. Namun malam itu tidak ada satu pun yang berani keluar karena selain suasana teramat gelap, jalanan pun sangat licin.

Pada pagi harinya, masyarakat yang ada di sekitar Dukuh Legetang yang penasaran dengan suara yang amat keras itu barulah keluar rumah dan ingin memeriksa bunyi apakah itu yang terdengar amat memekakkan telingan tadi malam. Mereka sangat kaget ketika di kejauhan terlihat puncak Gunung Pengamun-amun sudah terbelah, rompal. Dan mereka lebih kaget bukan kepalang ketika melihat Dukuh Legetang sudah tertimbun tanah dari irisan puncak gunung tersebut. Bukan saja tertimbun tapi sudah berubah menjadi sebuah bukit, dengan mengubur seluruh dukuh beserta warganya. Dukuh Legetang yang tadinya berupa lembah, kini sudah menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh penduduknya mati. Gegerlah kawasan Dieng…

Masyarakat sekitar terheran-heran. Seandainya Gunung Pengamun-amun sekedar longsor, maka longsoran itu pasti hanya akan menimpa lokasi di bawahnya. Akan tetapi kejadian ini jelas bukan longsornya gunung. Antara Dukuh Legetang dan Gunung Pengamun-amun terdapat sungai dan jurang, yang sampai sekarang masih ada. Namun sungai dan jurang itu sama sekali tidak terkena longsoran. Jadi kesimpulannya, potongan gunung itu malam tadi terangkat dan jatuh menimpa dukuh Legetang.

Siapa yang mampu mengangkat separo gunung itu kalau bukan Allah Yang Maha Kuasa?

“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang dilangit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?” (QS Al Mulk 67: 16).

Untuk memperingati kejadian itu, pemerintah setempat mendirikan sebuah tugu yang hari ini masih bisa dilihat siapa pun. Ditugu tersebut ditulis dengan plat logam:

 “TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG

SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN DESA

SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN-AMUN

PADA TG. 16/17-4-1955″

Sungguh kisah tenggelamnya dukuh Legetang ini menjadi peringatan bagi kita semua bahwa azab Allah swt yang seketika itu tak hanya terjadi di masa lampau, di masa para nabi, tetapi azab itu pun bisa menimpa kita di zaman ini. Bahwa sangat mudah bagi Allah swt untuk mengazab manusia-manusia lalim dan durjana dalam hitungan detik. Andaikan di muka bumi ini tak ada lagi hamba-hamba-NYa yang bermunajat di tengah malam menghiba ampunan-Nya, mungkin.
Na'udzubillahi min dzalik..


Apa bedanya Orang Baik (Shalih) dan Penyeru Kebaikan (Mushlih)..?

Renungan duha :

Sahabat Dakwah

صباح الخير...💫☀
Pagiii...

💎 ومضة رائعة:
Untaian Indah

⭐ ما الفرق بين
الصالح والمصلح ؟
Apa bedanya Orang Baik (Shalih) dan Penyeru Kebaikan (Mushlih)..?

الصالح
خيره لنفسه
       والمصلح
      خيره لنفسه ولغيره
Orang Baik, melakukan kebaikan utk dirinya..
Penyeru Kebaikan, mengerjakan kebaikan utk dirinya dan orang lain..

الصالح
تحبُه الناس .
        والمصلح
         تعاديه الناس
Orang Baik, dicintai manusia..
Penyeru Kebaikan dimusuhi manusia..

🗯 لماذا !!!؟؟؟؟
Koq...?!?!

الحبيب المصطفى
(صلى الله عليه وسلم)
قبل البعثة أحبه قومه
لأنه صالح .
Rasul Tercinta SAW sebelum diutus, dicintai oleh kaumnya karena Beliau adalah Orang Baik..

ولكن لما
بعثه الله تعالى
صار مصلحًا فعادوه
وقالوا ساحر كذاب مجنون.
Namun ketika Allah ta'ala mengutusnya sebagai Penyeru Kebaikan, kaumnya langsung memusuhinya dengan menggelarinya; Tukang sihir, Pendusta, Gila..

🗯 ما السبب ؟
لأن المصلح
يصطدم بصخرة
أهواء من يريد أن
  يصلح من فسادهم .
Apa sebabnya..?
Karena Penyeru Kebaikan 'menyikat' batu besar nafsu angkara dan memperbaikinya dari kerusakan..

ولذا أوصى
لقمان ابنه بالصبر
حين حثه على الإصلاح
      لأنه سيقابل بالعداوة.
Itulah sebabnya kenapa Luqman menasihati anaknya agar BERSABAR ketika melakukan perbaikan, karena dia pasti akan menghadapi permusuhan..

( يا بني
أقم الصلاة
وأمر بالمعروف
    وانهَ عن المنكر
  واصبر على ما أصابك )
Hai anakku tegakkan sholat, perintahkan kebaikan, laranglah kemungkaran, dan bersabarlah atas apa yg menimpamu..

💡قال أهل
الفضل والعلم :
مصلحٌ واحدٌ أحب إلى
الله من آلاف الصالحين ،
Berkata ahli ilmu:
Satu Penyeru Kebaikan lebih dicintai Allah daripada ribuan Orang Baik..

لأن المصلح
يحمي الله به أمة ،
والصالح يكتفي بحماية نفسه .
Karena melalui Penyeru Kebaikan itulah Allah jaga umat ini..
Sedang Orang Baik hanya cukup menjaga dirinya sendiri..

🍃فقد قال الله
عزَّ و جلَّ في
    محكم التنزيل :
Berkalam Allah Azza wa Jalla :

( وَمَا كَانَ رَبُّكَ
لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ
      وَأَهْلُهَا مُصْلِحُون َ).
"Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan satu negeri dgn zalim padahal penduduknya adalah Penyeru Kebaikan.."

ولم يقل صالحون ..
Allah tidak berkalam;
"...Orang Baik (Sholih)"

🌱كونوا مصلحين
        ولا تكتفوا بأن
          تكونوا صالحين 💐
Maka jadilah PENYERU KEBAIKAN, jangan merasa puas hanya sebagai ORANG BAIK saja..💐

Barokallohfiikum...
www.fajrifm.com
www.dainusantara.com


Kamis, 03 Maret 2016

KHUTBAH JUMAH: SIKAP MUSLIM MENGHADAPI GERHANA MATAHARI

K.H. Dr. Tulus Musthofa, Lc., MA.
(Majelis Syuro Ikadi DIY)


__________________________________
Khutbah pertama:
__________________________________

اَلْـحَمْدُ لِلَّهِ الْــمَلِكِ الْقَهَّارِ، اَلْعَظِيْمِ الْجَبَّار، خَلَقَ الشَّمْسَ وَالْقَمَر، وَسَخَّرَ الَّليْلَ وَالنَّهَار، وَأَجْرَى بِقُدْرَتِهِ السَّحَابَ يَحْمِلُ بِحَارَ اْلأَمْطَار، فَسُبْحَانَهُ مِنْ إِلَهٍ عَظِيْم، خَضَعَتْ لَهُ الرِّقَاب، وَلَانَتْ لِقُوَّتِهِ الصِّعَاب.

وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمّداً عَبدُهُ ورَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا.

قَالَ تَعَالَى فيِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلًا عَلِيْمًا:
"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ."

وَقَالَ أَيْضًا:
"وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ، لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ، وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ.”

Jamaah sholat Jum’at yang dimuliakan Allah..

Beberapa hari lagi, tepatnya pada tanggal 9 Maret 2016 insyaallah akan terjadi Gerhana Matahari Total (GMT) yang dianggap oleh kebanyakan masyarakat Indonesia sebagai peristiwa menarik dan sangat dinantikan. Gerhana Matahari Total akan terjadi di sebagian besar Pasifik, meliputi Indonesia, Malaysia, dan negara-negara lainnya di Asia Tenggara dan benua Australia. Diantara kota-kota di Indonesia yang akan dilewati Gerhana Matahari Total adalah Palembang, Belitung, Balikpapan, Sampit, dan beberapa kota lain. Sedangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak akan dilewati gerhana matahari total (GMT), akan tetapi hanya gerhana matahari sebagian (GMS).

Gerhana matahari terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi pada saat yang bersamaan berada pada satu garis. Ketika gerhana matahari terjadi, bulan berada di antara bumi dan matahari, sehingga piringan bulan akan menutupi piringan matahari. Bulan berada di antara bumi dan matahari saat sedang berada pada fase Bulan Baru.

Peristiwa yang akan terjadi ini sudah banyak dilansir oleh media secara luas yang melihatnya dari perspektif kebanyakan orang; yaitu menganggap Gerhana Matahari Total sebagai peristiwa unik yang perlu ditonton. Akan tetapi bagi umat Islam, setiap terjadi peristiwa penting seperti gerhana matahari, mereka seharusnya mempunyai cara penyikapan yang benar dan sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

Bila kita lihat, setidaknya ada tiga sikap yang mungkin dilakukan oleh masyarakat terhadap peristiwa seperti Gerhana Matahari:

Sikap yang pertama; bersikap apatis dan tidak mempedulikan peristiwa tersebut.

Sikap yang kedua; menganggapnya sebagai peristiwa alam yang unik untuk menjadi tontonan.

Dan sikap yang ketiga; mempercayai berbagai kepercayaan mistik dan mengaitkan nya dengan gerhana matahari.

Tentunya, ketiga cara penyikapan tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam karena tidak sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Insyaallah dalam khutbah ini akan disampaikan hal-hal penting yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin dalam menyikapi peristiwa gerhana matahari tersebut. 

Jamaah sholat Jum’at yang dimuliakan Allah..

Hal pertama yang sebaiknya dilakukan oleh setiap muslim terkait peristiwa gerhana matahari adalah: mentadabburi kebesaran dan kekuasaan Allah subhanahu wataala.

Matahari dan bulan merupakan dua makhluk Allah yang sangat akrab dalam pandangan. Peredaran dan silih bergantinya dua makhluk tersebut dengan begitu teraturnya merupakan ketetapan aturan Allah subhanahu wataala Penguasa alam semesta ini.

Allah subhanahu wataala berfirman:

الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ
”Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” (Q.S. Ar-Rahman: 5)

Maka semua yang menakjubkan dan luar biasa pada matahari dan bulan menunjukkan keagungan dan kebesaran serta kesempurnaan Penciptanya. Dengan melihat peristiwa unik tersebut, seharusnya akan menguatkan dan menebalkan keyakinan kita kepada Allah yang Maha Kuasa dan Maha Agung, karena landasan utama agama Islam adalah kemurnian tauhid dengan mengimani dan mengagungkan Allah, termasuk dalam menjelaskan fenomena alam seperti gerhana.

Allah subhanahu wataala dalam berbagai ayat menegaskan bahwa Ia telah memperlihatkan tanda-tanda keagungan dan kekusaan-Nya, maka hendaklah kita menjadikannya sebagai sarana untuk menguatkan iman dan tidak berpaling atau mengacuhkannya. Allah subhanahu wataala berfirman:

وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ في السَّمواتِ وَالأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ
“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka lewati, sedang mereka berpaling dari padanya.” (Q.S Yusuf: 105)

Allah subhanahu wataala juga berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ 

”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kalian sujud (menyembah) matahari maupun bulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika memang kalian beribadah hanya kepada-Nya.” (Q.S. Fushshilat: 37)

Yang Kedua, tidak mengaitkan peristiwa gerhana matahari dengan kepercayaan mistik yang tidak berdasar dan tidak diajarkan dalam Islam. Islam adalah agama yang membebaskan manusia dari kungkungan takhayyul dan khurafat yang kontra produktif terhadap perkembangan peradaban manusia. Kepercayaan-kepercayaan yang tidak logis hanya akan melemahkan masyarakat karena membuat mereka takut, khawatir dan mewaspadai sesuatu yang tidak wujud dan tidak rasional.

Dalam konteks gerhana matahari, hal seperti diatas pernah terjadi dikalangan beberapa beberapa orang shahabat di zaman Nabi. Pada tahun 10 Hijriyyah, putra Rasulullah shallallahu alaihi wasalla yang bernama Ibrahim meninggal dunia ketika masih berusia 18 bulan. Disaat yang sama, terjadilah gerhana matahari. Maka sebagian kaum muslimin kemudian mengaitkan peristiwa gerhana matahari tersebut dengan wafatnya putra Nabi. Mengetahui hal tersebut, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam segera mengoreksi kesalahan yang dilakukan oleh beberapa orang shahabat tersebut dengan bersabda:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لَحِيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُو هُمَا فَادْعُوا اللهَ وَصَلُّوا حَتَّى تَنْكَشِفَ

”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan karena kematian seseorang atau karena lahirnya seseorang. Apabila kalian melihat (gerhana) matahari dan bulan, maka berdoalah kepada Allah dan sholatlah hingga tersingkap kembali.” (H.R. al-Bukhari  no. 1043, dan Muslim no. 915)

Yang ketiga; mengingat Allah subhanahu wataala, berdoa dan beristighfar.
Mengingat kepada Allah subhanahu wataala bisa dilakukan dalam beberapa tingkatan :

Yang pertama; melakukan shalat kusuf sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam. Dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh shahabat Abu Bakrah, beliau berkata:

كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْكَسَفَتِ الشَّمْسُ، فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى دَخَلَ الْمَسْجِدَ، فَدَخَلْنَا فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ حَتَّى انْجَلَتِ الشَّمْسُ، فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا وَادْعُوا حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ

"Kami pernah bersama Rasul kemudian terjadi gerhana matahari,
maka kemudian Rasul berdiri menarik kainnya hingga beliau masuk ke Masjid dan memimpin kami melakukan shalat dua rakaat sampai matahari menyinsing. Kemudian Rasul bersabda: “Sesungguhnya terjadinya gerhana matahari dan bulan bukan karena kematian sesorang, jika kalian melihatnya maka shalatlah kalian dan berdoalah hingga selesai gerhana tersebut. (H.R.Bukhari)

Yang kedua; mengingat perintah-perintah Allah dan menanyakan kepada diri kita sejauh mana telah kita laksanakan. Sebagaimana Allah berkuasa untuk menciptakan alam dengan segala isinya dan dengan aturan yang Allah ciptakan sendiri, Allah juga berkuasa untuk memberikan balasan terbaik kepada orang-orang yang patuh dan mentaati perintah-perintah-Nya. Firman Allah subhanahu wataala:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”(Q.S. Alanfal: 97).

Kita juga perlu senantiasa meyakini bahwa perintah-perintah Allah adalah bagian dari kasih sayang-Nya. Kesadaran seperti ini menjadi sangat penting disaat masih banyak kaum muslimin yang enggan menjalankan perintah wajib, bahkan untuk mengerjakan shalat lima waktu yang merupakan standar dasar keimanan seseorang. Rasulullah bersabda:

إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ

“Batas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan Shalat.” (H.R. Muslim).

Jika melaksanakan perintah Allah dengan didasari perasaan cinta dan mengagungkan kebesaran Allah, maka seberat apapun perintah tersebut pasti akan terasa ringan.

Yang ketiga, mengingat ancaman Allah subhanahu wataala.
Ancaman Allah ditujukan kepada orang-orang yang tidak beriman dan tidak taat kepada Allah. Larangan Allah terhadap beberapa hal dalam kehidupan manusia sebenarnya merupakan bagian dari kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, karena dalam setiap hal yang dilarang pasti terdapat kemudharatan bagi manusia baik dalam kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Maka momentum peristiwa besar seperti gerhana matahari total seharusnya mengingatkan kita kembali untuk tidak melanggar ketentuan-ketentuan Allah subhanahu wataala.

Firman Allah subhanahu wataala:

  فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“…maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (Q.S. an-Nur: 64).

Hal ini perlu sering diingatkan kepada kaum Muslimin untuk tidak melanggar batas-batas Allah yang sudah Ia tetapkan, karena jika menyalahi perintah Allah akan diancam dengan turunnya cobaan dan siksaan yang pedih. Apalagi saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami berbagai kondisi darurat dalam berbagai sisi kehidupan; darurat narkoba, darurat kekerasan seksual terhadap anak-anak, darurat LGBT dan darurat-darurat yang lain. Jika bangsa Indonesia tidak segera sadar untuk kembali ke jalan Allah, maka kita khawatir akan turunnya adzab Allah ke   kita tercinta ini. Dan jika itu terjadi, maka yang akan terkena dampaknya bukan hanya orang-orang yang berdosa tapi semua penduduk negeri ini. Sebagaimana firman Allah taala:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan takutlah kalian dari siksaan yang tidak hanhya menimpa orang-orang yang zalim di antara kamu saja. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (Q.S ar-Anfal: 25)

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِماَ فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

__________________________________
Khutbah kedua:
__________________________________

اَلْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ اَلدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه، أَمَّا بَعْدُ:

فَيَا عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلاَ تَـمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون:

ثُمَّ صَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى الْهَادِي الْبَشِيْر، وَالسِّرَاجِ الْـــمُنِيْر، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَاحِبَ الْفَضْلِ الْكَبِيْر. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ:  ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً﴾

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَـجِيْد، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْن، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعَيْن، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنـِّكَ وَكَرِمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْن .

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإسَلَامَ وَالْـمُسْلِمِيْن وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْن .

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.

اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَه، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَه، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَه، وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ، وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. والْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَقِيْمُوا الصَّلَاة...

🌕 Naskah khutbah juga bisa diunduh dalam format pdf pada link berikut ini:
http://www.4shared.com/office/A825yapRba/Khutbah_Gerhana.html


Rabu, 02 Maret 2016

FIQIH GERHANA MENGHADAPI GERHANA MATAHARI 9 MARET 2016

Oleh:
✅Ust. Endri Nugraha Laksana, SPdI
✅Ust. Ahmad Dahlan, Lc., MA
✅Ust. MA. Sholihun

Pada Hari Rabu tanggal 9 Maret 2016 M / 29 Jumadil-Ula 1437 H, sebagian besar Pasifik, meliputi Indonesia, Malaysia, dan negara-negara lainnya di Asia Tenggara dan benua Australia akan dapat menyaksikan gerhana matahari. Gerhana matahari merupakan salah satu fenomena alam paling mengesankan yang terjadi di bumi.

Untuk gerhana matahari kali ini, khususnya di timur Samudera Pasifik, akan mengalami gerhana matahari total selama lebih dari 4 menit.

Beberapa kota di Indonesia yang akan dilewati gerhana matahari total adalah Palembang (1 menit 52 detik), Belitung (2 menit 10 detik), Balikpapan (1 menit 9 detik), Luwuk (2 menit 50 detik), Sampit (2 menit 8 detik), Palu (2 menit 4 detik), Ternate (2 menit 39 detik), Bangka (2 menit 8 detik), Palangkaraya (2 menit 29 detik), Poso (2 menit 40 detik), dan Halmahera (1 menit 36 detik).

Sedangkan Daerah Istimewa Yogyakarta tidak dilewati gerhana matahari total (GMT), tetapi hanya gerhana matahari sebagian (GMS) dengan rincian data: Magnitudo  0,834 s/d 0,856, awal GMS 06:20 WIB, puncak GMS  07:23 WIB dan akhir GMS  08:35 WIB. Sehingga durasi GMS  2 jam 15 menit.

Islam sebagai sebuah agama yang mengatur semua bidang kehidupan manusia pasti mempunyai petunjuk mengenai cara memandang gerhana matahari dari sisi agama dan apa yang disunnahkan untuk dilakukan oleh kaum muslimin ketika mengalami gerhana matahari.

Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan gerhana matahari dilihat dari sudut pandang Islam dan amalan sunnah yang sebaiknya dilakukan ketika terjadi gerhana matahari.

I. Pengertian gerhana

Gerhana dalam bahasa arab disebut dengan istilah al-khusuf (الخُسُوف) dan juga al-kusuf (الكُسُوف).

Secara bahasa, kedua istilah itu sebenarnya punya makna yang sama.

Oleh karena itu, -dalam Islam- shalat gerhana matahari dan gerhana bulan sama-sama disebut dengan shalat al-kusuf atau shalat al-khusuf. Namun masyhur juga di kalangan ulama penggunaan istilah khusuf untuk gerhana bulan dan kusuf untuk gerhana matahari.

Kusuf (كُسُوف) adalah sinar matahari menghilang baik sebagian atau total pada siang hari karena terhalang oleh bulan yang melintas antara bumi dan matahari.

Sedangkan Khusuf (خُسُوف) adalah cahaya bulan menghilang baik sebagian atau total pada malam hari karena terhalang oleh bayangan bumi karena posisi bulan yang berada di balik bumi dan matahari.

II. Gerhana matahari adalah tanda kekuasaan Allah

Tanda kekuasaan Allah di alam semesta sangatlah banyak dan tidak terhitung. Allah memperlihatkan ayat-ayat kauniyyah-Nya agar kita berfikir dan mengambil ibrah serta pelajaran. Dan gerhana matahari dan bulan adalah diantara tanda kekuasaan Allah, sebagaimana sabda Nabi shalllallahu alaihi wasallam:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ... (رواه البخاري ومسلم)

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, hendaklah kita mengambil i’tibar dari peristiwa gerhana yang akan terjadi tersebut sehingga semakin yakinlah kita akan ke-Maha Kuasa-an Allah subhanahu wata'ala.

Jangan sampai kita seperti orang-orang yang disebut dalam Surat Yusuf sebagai orang yang berpaling ayat-ayat Allah. Allah berfirman:

وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ في السَّمواتِ وَالأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ

“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka lewati, sedang mereka berpaling dari padanya.” (Q.S Yusuf: 105)

III.  Kepercayaan terkait gerhana matahari

Rasulullah shalllallahu alaihi wasallam tidak memiliki anak kecuali hanya dari dua isterinya, yaitu Khadijah radhiyallahu anha dan Mariyah Al-Qibthiyyah Al-Mishriyyah radhiyallahu anha.

Dari Khadijah beliau dikarunia enam orang anak dan dari Mariyah Al-Qibthiyyah dikarunia satu orang anak bernama Ibrahim yang hanya hidup selama 18 bulan.

Tatkala Ibrahim meninggal, Nabi shalllallahu alaihi wasallam meneteskan air mata karena rasa duka yang mendalam. Beliau shalllallahu alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ، وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ، وَلاَ نَقُولُ إِلاَّ مَا يَرْضَى رَبُّنَا، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ

“Air mata ini mengalir dan hati ini bersedih. Tapi kami tidak mengatakan kecuali yang diridhai Allah. Sungguh, wahai Ibrahim, kami sangat bersedih karena kepergianmu ini.” (HR. Bukhari).

Bersamaan meninggalnya Ibrahim terjadilah gerhana matahari. Sebagian kaum Muslimin kemudian menghubung-hubungkan terjadinya gerhana matahari tersebut dengan wafatnya putera Rasulullah shalllallahu alaihi wasallam tersebut.

Al-Mughirah Bin Syu’bah ra bercerita:

كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ، فَقَالَ النَّاسُ: كَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ

“Di masa Rasulullah shalllallahu alaihi wasallam pernah terjadi gerhana matahari bertepatan saat wafatnya Ibrahim. Kemudian orang-orang mengatakan bahwa munculnya gerhana ini karena wafatnya Ibrahim.” (HR. Bukhari).

Melihat hal tersebut, maka Rasulullah shalllallahu alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ

“Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalat dan berdo’alah” (HR. Bukhari).

Dari peristiwa diatas kita bisa mengambil pelajaran bahwa Nabi Muhammad shalllallahu alaihi wasallam melakukan koreksi terhadap keyakinan yang ada di hati sebagian kaum muslimin bahwa adanya gerhana matahari adalah karena terjadinya sebuah peristiwa besar seperti kematian orang yang dianggap mulia –yang dalam hal ini adalah putra Rasulullah shalllallahu alaihi wasallam-.

Keyakinan tersebut merupakan warisan dari kepercayaan jahiliyyah yang tentunya tidak mempunyai argumentasi maupun landasan logika yang kuat, -tetapi sebagaimana umumnya kepercayaan-, tidak diperlukan rasionalitas untuk membuatnya menjadi hal yang begitu kuat di pegang oleh masyarakat.

Dalam sebagian masyarakat kita juga pasti terdapat berbagai kepercayaan-kepercayaan lain yang berhubungan dengan peristiwa gerhana matahari.

Maka sekali lagi, kisah yang dituturkan dalam hadits diatas menjadi panduan bagi kaum muslimin untuk mengikis habis dan membersihkan hati serta pikiran dari kepercayaan-kepercayaan terkait gerhana yang lebih pantas disebut sebagai khurafat dan takhayyul karena bertentangan dengan syariat Islam, logika serta ilmu pengetahuan modern.